Wednesday, August 15, 2012

Dieng Expedition 2012

Mulai tanggal 9 Juli sekitar pukul 15.50 lalu, aku menjadi warga sementara Dusun Dieng Kulon, hingga (harusnya 9 Agustus) 2 Agustus. aku bersama home mate, Anis tinggal di rumah Pak Slamet yang notabene adalah seorang lurah dan pemimpin Geng Pawon. kenapa di sebut Geng Pawon? karena di Dieng itu kan dingin, terus semuanya butuh kehangatan, bukan setiap saat saling berpelukan loh. tapi bikin perapian. perapiannya nggk sama kayak di luar negeri yang ada cerobong asapnya. di daerah ini menggunakan tungku/ pawon sebagai medianya. untuk masalah asap? mereka kooperatif. setiap orang dapat jatah hidupan. istrinya Pak Slamet namanya Bu Siti *ibu kandungku namana Siti juga loh. so?* terus punya seorang anak yang masih kelas 2 sekolah dasar di SD Dieng Wetan. sebagai seorang lurah yang itungannya di kota, rumahnya sering kedatangan tamu. jadi, mau nggk mau harus stand-by buat ngapa-ngapain :p

Pak Slamet, Bu Siti, dan Salsa

hari-hari di sana berjalan begitu cepat, apalagi kalo kita keluar rumah jam 9 pagi dan pulang magrib. sebelum pergi pasti kita disuruh sarapan dulu. oiya, keluarga kita nggk pernah sarapan nasi. biasanya cuma minum teh dan makan tempe kemul dan tahu sumpel. ngomong-ngomong masalah teh, aku nggk terlalu suka dengan teh manis. bukan karena aku udah manis, tapi rasa-rasanya minum teh manis setiap saat itu mendekatkan kepada kematian *eh nggk ada hubungannya ya?* ya gitulah, nggk temenan aja sama teh. terus kalo mau minum air putih agak susah, di sana jarang minum air putih. kalopun ada itu panas dari termos cyobaaaaa -_-

baru 15 menit di rumah saat hari kedatangan, sudah diajak nonton turnamen sepak bola. rameee cooooy! katanya sih ini pertandingan antar daerah, bahkan ada yang dari Batang juga. terus ada pemain impor, ceritanya gitulah. contohnya ya, ada pemain PSS di salah satu tim. lupa aku tim mana. seru! apalagi pas nonton pertama kali, ada keributan yang dipicu sama seseorang aja. terus si perusuh dikejar dan digebukin bareng-bareng. dalam hal ini, si Angga Yoga a.k.a Lae semangat banget nonton. pengen ikutan mukul katanya. naluri banget yaaa :D
hari berikutnya, kita pergi ke rumah Ajik dan Angga. rumah mereka ini yang paling deket sih. makanya kita ke sana hampir setiap hari, kalo nggk nginep di rumah teman yang lain. rumah mereka di sebrang Dieng Kulon, namanya Karangsari. untuk sampai rumah mereka, kita lewat ladang kentang. tetapi sebelumnya kita melewati Kompleks Candi Arjuna. so, hampir setiap hari kita ke sana. udah seperti halaman rumah sendiri. gratisssss tisssss!!! sampai-sampai tukang parkir di deket warung Mbak Nar itu kenal sama aku....
kompleks candi udah kan yaa? terus kita ke Kawah Sikidang. dianter sama Pak Toyo, bapaknya Angga dan Ajik. sebenernya nggk jauh, tapi mungkin bapak nggk tega kalo kita jalan kaki. dalam perjalanan ke Kawah Sikidang, kita melewati satu candi yang berdiri sendiri, Candi Bima. kemudian kami melanjutkan perjalanan, tentunya dengan berjalan kaki ke Telaga Warna.
tiga tempat wisata yang kami datangi di hari kedua itu menjadi semacam satu ruangan yang kalo pergi ke sana tidak harus pada waktu tertentu. itunglah kita ke sana dalam 25 hari sebanyak 2 kali Kawah Sikidang, 4/5 kali ke Telaga Warna. dan untuk Kompleks Candi Arjuna nggk terhitung. ya itu tadi bapak penajaga parkir, tukang gembala domba, dan nggk tau siapa itu jadi hapal. mungkin mereka mBatin gini, "iki anake sopo to? sobo ning candi tiap dino" <---- dengan bahasa ngapak tentunya :)

OVER ALLL! penelitianku terkesan indah untuk dijadikan liburan. walaupun, menurutku, kulitku yang paling hitam apalagi bagian hidung miniku. tapi tetaplah ada kenangan dan pelajaran dari perjalanan ini. banyak kejadian yang terjadi, kalo diceritain satu per satu bakal menuh-menuhin tulisan dan tentunya menguras tenaga untuk membacanya. salah satu deh, yaudah salah dua, atau mau salah-salahan? kita dikasih kesempatan ketemu sama Mbah Naryono, simbah yang biasa memimpin upacara potong rambut gembel. cerita tentang rambut gembel nih, secara singkat, anak gembel itu merupaka titisan anak bajang dari Laut Kidul yang dititipkan lewat Mbah Kolodethe dan Nini Rororonce. OH IYA! kata pak lurah, Pak Slamet, kita nyebutnya harus "gembel" bukan "gimbal". pengalaman lain, diajak nginep di Museum Kailasa. ini mah akal-akalan si Angga aja buat cari data. asiiiik sih! dapat cerita hancuuuuw alias hantu sama bapak penjaga museum, diajak keliling museum bangunan baru. ada banyak arca dan informasi mengenai Dieng. kemudian nonton film mini. Arca Siwa Harihara adalah arca yang paling kece di museum ini. agak sedikit kurang beruntung, harusnya ikut patroli keliling museum dan candi biar asik ya. lupa! aku nginep di museum sama Angga, Ajik, Sekar, Sukma, Indro, dan Toni. lagi lagi, ini ceritanya yah, panen kentang. walaupun cuma sekali. itu aja panennya di lahan Pak Humam. ladangnya pak lurah baru saja di panen -_-
so many cerita nih! akika males nerusin. gini aja deh, kalo pengen tau cerita aku di Dieng, ketik DIENG (spasi) CERITA BUANA kirim ke 9966   <----- ngebet jadi selebritis sibuk dan bingung membedakan hal umum dan pribadi. kadang lupa diri dan lupa rumah sendiri :p
hampir saja lupita dores! aku inget, itu hari selasa ya, tapi lupa tanggalnya. ada kunjungan teman antropologi dan satu tlesepan *nyusup* orang, namanya Aam. mereka menjenguk kami. terus jalan-jalan. aku absen, siapa yang datang hari selasa itu ya, ada Adit, Glo, Aam, Clara, Olin, Uni, Luthfi, Elin, dan Vega. sangaaat spesiaaaal :D selain itu, ada Sopice dan Mas Luthfi datang pas puasa. nginep coy di rumahku. kemudian, ada Fikray datang dan betah di Dieng.
suatu hari sebelum kepulangan, diajak bikin carica sama Mbak Nar (saudaranya ibu). diawali dengan ngupas buah caricanya, kemudian di ilangi bijinya dan dipotong-potong. kemudian dicuci bersih. bikin air gulanya. terus dimasukkan ke dalam botol kaca. itulah cara membuat secara singkatnya. butuh waktu banyak untuk membuat carica. buah carica itu sebenarnya sama dengan buah pepaya. jadi ada Mbak Nar bilang kalo, carica itu ya pepaya, kalo biji carica ditanam di dataran rendah, jadinya pepaya kayak yang biasanya dilihat. nah! baiknya Mbak Nar, kita dibuatin mie ongklok loh. enak! kalo yang satu ini akika lupitadores deh cara buatnya. pokoknya diakhir, kita disuruh makan. gitu aja hehehe

**

tidak lupa, saya selaku pribadi mengucapkan terimakasih kepada beberapa keluarga yang sudah mau menampung keberadaan kami ini. pertama, saya mengucapkan terimakasih kepada Pak Slamet dan Bu Siti selaku tuan rumah selama 25 hari. kedua, kepada Keluarga Pak Toyo, yang selalu kami repotkan bila datang. hampir setiap hari ke sana dan bikin ribut. ketiga, Pak Bambang dan keluarga, kalo di rumah lagi sepi, selalu dipanggil untuk nggoreng kentang dan makan. terimakasih juga, karena bapak mau memberikan ruang untuk kita dalam rangka ngasih kejutan ke Anis. YAAAK! HAPPY BIRTHDAY ANIS (JULY, 30). keempat, Pak Humam dan Ibu Maesaroh. lagi-lagi kita sering nginep di rumahnya dan bikin ribut. seneng di sana, karena serasa di rumah sendiri. Rafaaaaa, sudah bisa berjalankah engkau wahai lelaki tampan? keluarga Mbak Nar juga yaaa. dapat pelajaran singkat bikin carica in syrup.
terakhir, untuk semua pihak yang telah membantu kelancaran penghabisan hari di Dieng.


salah satu puncak Gunung Perahu, coba tebak itu di belakang ada gunung apa?

Yiaaay! berkesempatan ke Sembungan yang kata tulisan
merupakan desa tertinggi di Pulau Jawa
Pak Sudarman and the domba 
Telaga Warna
Buana dan anak domba paling manut milik Pak Sudarman
Bun Upas alias kristal es ada di pagi hari
dan saat suhu rendah
second family tapi nomer satu di hati. Pak Bambang dan Bu Bambang
Kawah Sikidang

Kompleks Arjuna di sore hari. cantik nian lah bah :D

No comments:

Post a Comment